Maniak seks
Tinggi semampai sekitar 160 cm, dengan tubuh yang padat tidak kurus dan tidak gemuk, sesuai selera Saya. Jilbabnya pun tidak mampu menutupi lekukan dadanya, Saya taksir kalau tidak 34B mungkin 35C. Tutur katanya yang lembut dan halus benar-benar membuatku mabuk. Apalagi dia sangat menjaga pergaulan. Sesekali Saya coba berusaha bicara dengannya tapi dia selalu menundukkan wajahnya setiap bicara denganku. Dia pun tidak menyambut tanganku ketika Saya ajak untuk bersalaman. Kulit putihnya sangat halus ketika Saya coba perhatika di pipi dan ujung tangannya, tahi lalat di atas bibir semakin menambah kesan manis darinya.
“Mah…kita makan bareng yuk, Saya yang traktir. ujarku berusaha membujuk untuk bisa pergi bareng. Terima kasih Dok…saya dengan teman-teman saja.Ujarnya halus. Jangan panggil Dok…panggil saja kak.
“baik Dok…eh…kak”.
“tapi terima kasih tawarannyaSaya bareng teman saja…”,
“kalau begitu sekalian ajak saja teman kamu” setengah berharap dia mau menerima.
“terima kasih Dok..eh kak, nanti merepotkan, teman-temanku makannya banyak lho” sahut dia sambil tetap menundukkan kepalanya. Kadang gurauan ringan itu yang tidak pernah Saya dapatkan dari pacarku atau teman affair-ku. Saya tersenyum kecil mendengar alasannya yang sangat lucu…humoris juga dia,
“baiklah…mungkin lain kali” Kata Saya
“oh ya, jika ada apa-apa masalah administrasi di sini atau masalah kerjaan jangan sungkan bicara aja ya, nanti Saya bantu” Saya masih berusaha mencari celah.
“Terima kasi pak ehh..kak…saya pamit” sambil berlaluSaya perhatikan dari belakang, roknya yang juga lebar tidak bisa menutupi lekukan pantatnya yang bergoyang mengikuti langkah kakinya..perfect…Saya menggeleng. Dia berbeda sekali dengan nita…anak koas 2 tahun lalu yang pernah Saya perawani juga. Sama-sama berjilbab walau tak selebar dia. Nita pun awalnya agak jual mahal…walau Saya tau dari cara memandangnya dia suka Saya. Dengan beberapa rayuan akhirnya Saya bisa memerawani dia di sebuah hotel. Tidak dengan paksaan dan sangat mudah. Affair kita berlalu dengan selesainya masa koas dia, juga karena dia tahu Saya punya affair juga dengan temannya. Dia berbeda sekali, sulit sekali menaklukannya. Setiap Saya melihat dia selalu Saya lihat setiap geriknya, senyumnya, tawanya, selalu terbayang. Saat Saya sedang melamun tiba-tiba dari arah belakangku ada yang memeluk dan terus menarikku.
“Ngelamun nih…” dengan suara yang diparaukan
“Mhh…Jessika…kamu nih ganggu saja” sambil melepaskan pelukan dia.
“kamu sekarang jarang ke ruangku lagi” rengeknya.Jessika ini sesama dokter di sini, umurnya sekitar 27 tahun dan sudah bersuami. Sayangnya suaminya bekerja di lepas pantai sehingga jarang bertemu dan memberikan nafkah bathin padanya.Memang Saya sering ke ruangnya dulu…sekedar bercumbu dengan bumbu oral yang bisa membuat dia melayang. Tapi kami tidak pernah sampai melSayakan jauh karena dia pun tidak mau, ya Sayapun tidak memaksa. Tidak semua affairku selalu Saya tiduri…yang penting ada penawaran rindu dan bisa memuaskanku walau tidak sampai melSayakan senggama.
“Saya sibuk Jessika…banyak yang melahirkan juga jadi residen” ujarku sambil memegang pinggangnya.
“tidak ada waktu untuk Saya?…sebentar saja…” lalu dia memagut bibirku dan selanjutnya kami pun bercumbu.Satu persatu Saya buka kancing blousenya Saya temukan dua gunung kembar yang jarang dijamah pemiliknya. Saya cumbu dan ciumi dengan lembut. Tapi…sepintas Saya ingat Germen lagi dan Sayapun menghentikan aktifitasku.
“Kok berhenti…” Jessika pasti sedang mulai terangsang.
“Maaf Jessika…Saya ga konsen banyak pekerjaan…”.
“Ya sudah…” ujarnya tersungut sambil mengancing kembali blousnya terus berlalu. Sore itu Saya sedang membantu persalinan, sengaja Saya panggil Germen untuk mendampingiku. Wajahnya senang sekali karena jarang mendapat kesempatan untuk mendampingi dokter saat persalinan seperti ini.Tidak mungkin kan semua masuk, ya Saya beralasan yang lain tunggu giliran. DIa berusaha menjadi asistenku dengan baik, saat memberikan gunting Saya sengaja pura-pura tidak tahu menyentuh tangannya…tapi langsung dia tarik. Gagal lagi upaySaya…tapi Saya sudah senang dengan melihat wajahnya dari dekat selama persalinan itu. Sekeluar dari ruang bersalin
“Terima kasih ya kak…jarang ada kesempatan begitu…”.
“Kamu mau Saya bikin begitu…” sambilku melirik seorang ibu hamil yang kebetulan lewat.
“yee…ga lah, makanya cepet cari istri sana…”sambil tersenyum dan berlalu. Saya kaget…kok dia tau ya…
Jalan-jalan Malam membawa enak
“kesempatan”
“Mau pulang? bareng aja yuk…kayaknya mau hujan besar nih” selalu saja Saya cari kesempatan.
“Terima kasih kak…Saya naik angkot saja…sudah biasa kok” katanya. hujanpun makin deras.
“bener lho…ga apa-apa kok Saya antar kamu sampe kos”.
“Terima kasih kak, ga enak kalau dilihat orang bisa jadi fitnah”mhh…gilaa…ini semakin membuatku jatuh cinta sama dia, Saya janji dalam hati, kalau saja Saya bisa dapatkan dia Saya akan putuskan semua affairku, Saya benar-benar jatuh cinta pada dia. Tidak berapa lama hujan semakin deras, bahkan Saya sulit melihat jalan saking derasnya hujan. Sampai Saya tertidur jam 10 malam ini hujan masih juga belum berhenti. Keesokan harinya, Saya harus membantu persalinan lagi dan Saya mencari Germen.
“Germen tidak masuk hari ini dok” sahut Jessika teman sekampusnya sambil membedong bayi di ruang bayi.
“Dia sakit? Saya mau minta tolong bantu persalinan lagi” Kata Saya.
“Tidak tau dok…saya tidak dapat kabarnya” sahutnya sambil melihatku dengan sopan.Saya lihat Jessika manis juga, berjilbab lebar sama dengan Germen, walau tidak secantik Germen, Jessika bisa juga dikatakan high quality. Tingginya paling hanya 155 atau 160 cm, tapi tubuhnya proporsional. Dadanya tidak sampai terlihat betul lekukannya seperti Germen, kulitnya kuning bersih, kacamata yang dia kenakan semakin membuatntya lebih terlihat anggun.
Saya pandangi seluruh tubuhnya, berbeda juga dengan Germen, dia tidak sungkan untuk berbicara langsung dan melihatku, walaupun dia juga sama-sama menjaga pergaulan.
“Ya sudah kamu saja ya…bantu saya persalinan…”dia tersenyum senang
“Terima kasih dok…”Keesokan harinya Saya masih belum menemukan Germen. akhirnya Saya di bantu Jessika lagi
“Kamu tau nomor Handphone atau kos Germen Jes..”
“Tidak dok…kita beda kos…kenapa gitu?”
“mhh..atau dokter…hihihi…suka sama dia ya” sahutnya sambil tersenyum
“tidak…cuma dia itu cekatan dan pintar…makanya saya suka sekali kalau diasisteni dia…lagian juga dia ngga akan mau sama Saya ini”.
“Iya dok…banyak yang sudah mau khitbah dia..tapi dia tidak mau…dia mau selesaikan dulu kuliahnya…dia itu baik dan cantik lagi” sambil mengikuti langkahku di ruang persalinan. “Kamu juga cantik…” Saya mulai mengeluarkan racunku, kalau ga dapet yang poin 9 ya minimal 7 atau 8 juga tidak apa-apa. Yang penting Saya pengen sekali bisa memerawani wanita berjilbab lebar ini. Karena setauku mereka selalu menjaga diri dan pergaulannya. Tantangan tersendiri untuk Saya.Jessika tidak menjawab, hanya tersenyum sambil menunduk. Hari keempat baru kulihat Germen datang, namun tak seperti biasanya. Biasanya Germen selalu ceria, kali ini tidak. Wajahnya murung dan tatapannya kosong. Kulihat teman-temannya berusaha bertanya dan berkumpul di sekitarnya. Entah apa yang mereka bicarakan terkadang Germen tersenyum walau getir. Saat istirahat ku coba dekati.
“Kamu sakit Mah?”
“Nggak kak” lemah sekali bicaranya
“Kenapa kamu murung, ada masalah?”
“ah nggak kok” Germen mencoba tersenyum walau Saya lihat tidak bisa menutupi kemurungannya.
“Ngga ada masalah cuma agak kurang sehat aja, maaf saya mau makan dulu kak” sambil berlalu meninggalkanku.
“Ya sudah kalau kamu ngga apa-apa, kalau kamu butuh bantuan jangan ragu minta tolong ke Saya ya”
“iya kak, terima kasih” Esokan hari-nya hari jum’at, Saya berencana pulang agak cepat. Maksudku, Saya mau tidur dulu sebelum agak malam nanti Saya bangun dan pergi ke club terkenal di kota ini. Ketika Saya sedang membereskan buku dan berkas yang Saya masukkan ke tas, tiba-tiba pintu kantorku di ketuk,
“Silahkan masuk”
“Maaf, apa saya mengganggu kakak…” Saya lihat sesosok wanita dengan kemeja pink berbalut blazer putik khas dokter, jilbab pink dan rok putih. Cantik sekali dia terlihat. Wajahnya sambil agak menunduk walau dia coba beranikan diri melihat wajahku.
“Ada apa Mah, tidak mengganggu kok, saya sedang membereskan berkas” ujarku santai.
“Ada yang bisa saya bantu?”
“Kakak besok ada acara?” Saya tersentak, tumben sekali dia bicara ini.
“Tidak…tidak…ada apa? besok Saya bebas kok” Saya melupakan janjiku untuk bertemu Dian, passienku yang pernah Saya tolong persalinannya. Dia hamil oleh pacarnya, tapi kemudian pacarnya pergi tidak bertanggung jawab. Karena Saya yang menolongnya hubungan kami pun dekat, dan tidak perlu dijelaskan detail apa yang kami lakukan, karena bukan inti dari cerita ini, yang pasti kami lSayakan dengan aman.
“Saya mau minta tolong, besok Saya mau pindah kos, apa kakak bisa bantu bawakan barang” “Oh…tentu, jam berapa?”
“Saya tunggu di kos ku ya kak, jam 9, sini alamatnya saya tuliskan dulu” Germen pun menuliskan alamat pada secarik kertas di atas meja Saya, Saya terus memandanginya tanpa berkedip. perfect girl.
“Terima kasih kak, maaf sekali saya sudah merepotkan” sambi memberikan kertas kepadSaya, sedikit nakal Saya pura-pura tidak sengaja menyentuh tangannya. lembut sekali dan…tak seperti biasanya dia menarik tangannya, kali ini dia membiarkan tanganku menyentuh tangannya. Germen pun berlalu sambil meninggalkan gerak pinggul yang sangat menarik,
“Saya harus memilikinya”. Saya segara batalkan semua agenda dan janjiku, Saya segera tidur dan tidak sabar menunggu datangnya esok. Saat pertama kali berdua dengan dia. Besok harinya Saya datang tepat waktu di alamat yang sudah diberikannya. Sebuah rumah kos yang cukup besar walau agak tua, bangunan inti pemilik rumah ada di depan, sedangkan bagian depannya gedung baru berlantai 2 dengan pola bangunan khas tempat kos. Saya lihat beberapa orang berkumpul dihalaman depan juga Germen dengan mengenakan jilbab putih, kemeja biru dan rok panjang biru donker.
“Kenapa pindah nduk…padahal ibu seneng kamu di sini, kamu suka bantuin ibu” kata seorang wanita berumur lebih dari separuh baya.
“iya bu…Saya mau cari suasana lain aja, supaya Saya bisa tenang bikin laporan”
“Kalau kak Germen ngga ada, kalau diantara kita ada yang sakit siapa yang bantuin” seorang wanita muda yang Saya tebak masih maha siswa juga menimpali.
Germen tersenyum sambil mengacak-acak rambut teman kosnya itu
“kamu boleh kok main ke sana”.
“Bu, kenalkan ini dokter Chandra, yang bantuin saya pindahan” sambil mengenalkan Saya tanpa sedikitpun mengenalkan Saya pada seorang pria tua yang ada di sebelah ibu kosnya itu. Sama sekali wajahnya tidak bersahabat.
“Oala Saya kira bojo mu nduk…gantengnya…” ku tersenyum dalam hati mendengarkan ucapan ibu kosnya itu.
“ah ibu bisa aja…” Germen tersipu.
Saya berharap itu menjadi nyata, dan tidak hanya menjadi pacarnya tapi Saya bisa mengambil semuanya dari dia.Semua temannya berusaha membantu memasukkan kardus ke dalam fortunerku, tidak lama hanya 1 jam semua barang sudah dimasukkan. Kami pun segera pamit, pertama kali dia duduk bersebelahan denganku. Saya menancap gas stelah sebelumnya melambaikan tangan dulu pada ibu kos itu dan teman-temannya, wajah pria tua yang Saya kira adalah suami dari ibu kos itu masih tetap tidak bersahabat. MatSaya coba melirik nakal padanya, tatapannya kosong melihat pemandangan di sekitar jendela. Lekukan dadanya begitu nampak dan close up di hadapanku, napasnya naik turun semakin membusungkan dadanya yang tertutup jilbab putihnya. Rok biru donkernya berbahan lembut, sehingga gampang jatuh, Saya lihat bagian tengah rok antara kedua pahanya jatuh ke paha sehingga menampakkan bentuk pahanya yang jenjang dan penuh. Germen masih menikmati pemandangan sisi jalan dan tidak sadar kalau Saya memperhatikan tubuhnya. Saya memacu mobil menuju alamat yang sudah dia beritahukan sebelumnya.Di perumahan itu, rumah type 21 yang dia tempati. Luas tanahnya masih sangat luas belum termaksimalkan. Sisi kanan kiri rumah masih kosong dan membuat jarak dengan rumah disampingnya. Saya pun segera membantu menurunkan barang dan membereskan barang di rumah tersebut, hanya berdua. Saya pandangi wajahnya, perhatikan tiap lekuk tubuhnya yang membuat penisku tegang. Sore itu Saya mandi di rumah kontrakannya, Saya tidak pernah lupa membawa alat mandi di mobilku. begitu juga Germen yang mandi sebelum Saya, meninggalkan bau harum menyengat di kamar mandi.
“Kak, makan malam di sini saja ya, sudah Saya masakkan” tawarnya
“Baik lah, pasti masakannya enak sekali” timpalku, padahal Saya masih ingin berlama-lama dengan dia.Selepas makan malam kami pun bercengkrama. Semua barang telah kami rapihkan bersama, hari itu Saya habiskan waktu bersama.
“Akhirnya selesai juga ya Mah, capek juga ya” sahutku mencoba mencairkan suasana, sambil duduk di sebelahnya yang sedang mengupaskan mangga untukku. Germen tersenyum manis sekali,
“Iya kak, kakak capek ya, mau Saya suapin mangganya?”.Saya kaget dengan tawarannya Saya berusaha tenang “boleh”. Dia pun memberikan mangga yang ada ditangannya, dengan nakal Saya coba melahap mangga sampai ke jarinya, sehingga bibirku menyentuh jarinya. Dia tarik jarinya dari mulutku pelan sekali, sambil tersenyum.
Pengalamanku Sebagai Terapi Seks
“Mangganya manis…apalagi sambil lihat kamu” Saya memancing.Germen hanya tersenyum,
“mau lagi?” tawarnya, Sayapun mengangguk. Suapan kedua ini jarinya lebih lama berada di dalam mulutku. Sengaja tidak Saya lepaskan dan si empunya jari lentik itu tidak keberatan, dia hanya diam menunggu. Tangan kiriku menyentuh tangan kanannya itu lembut, dia tidak menolak. Saya tempatkan telapak tangannya yang lembut di pipiku, sambil menatap wajahnya. Wajahnya bersemu merah. Mata kami saling menatap, wajah kami semakin mendekat…dekat dan dekat…sehingga Saya rasakan nafasnya menentuh wajahku. Tangan kananku meraih dagunya yang lembut seolah tidak ada tulang di dagunya itu. sedikit Saya tarik dagunya sehingga bibirnya terbuka, sengal nafasnya bisa
Saya rasakan. Ini mungkin rasanya seorang wanita yang pertama kali melSayakan kissing, wanita yang selama ini berusaha menjaga kehormatannya dan tidak pernah disentuh siapapun sebelumnya. Matanya terkatup, cantik sekali dia malam ini. Sayapun mendekatkan bibirku dengan bibirnya, Saya pagut lembut…dia tidak membalas juga tidak menolak.
Kembai Saya pagut bibirnya, lembut dan manis kurasakan. ku pagut bibir atas dan bawahnya bergantian. Kali ini dia mulai merespon, dia membalas pagutanku dengan memagut bibirku juga, basah dan indah.Pagutan kami semakin liar, Saya pindahkan kedua tanganku disamping wajahnya dengan posisi jari jempol menempel ke pipinya yang lembut.
Keempat jariku berada di bawah telinganya yang masih tertutup jilbab. Saya semakin menarik wajahnya mendekatiku, kecupanku semakin liar yang Saya yakin membangkitkan gairahnya.
“mhh…ummm….aummmmm…” bergantian kami mengecupi bibir kami. Kini tangan kiriku melingkari leher hingga kepundak belakangnya, sedangkan tangan kananku menyusup melalui bawah jilbab putihnya yang lebar kemudian mencari gundukan lembut tepat di dadanya. Tangan kananku menyentuh sebongkah gundukan lembut yang masih tertutup bra.
“Mhh…payudara yang sangat indah”. Tangan kananku pun mulai meremas lembut payudara itu. “ehhhmmm…mhhmhh…mmhhhhh” Germen kaget dan mendesah sambil tetap berpagutan dengan bibirku. Sekitar 2 menit meremas-remas dada kirinya, tangan kananku mencoba mencari kancing kemejanya. Dan ku buka satu demi satu hingga meninggalkan beberapa kancing bagian bawah yang tetap terpasang.Tangan kananku lebih aktif lgi masuk ke dalam kemejanya, benar saj, gundukan itu sangat lembut, ketika kulit tanganku bersentuhan dengan kulit payudaranya yang halus sekali. Tanganku menyusup diantar bra dan payudaranya, meremas lembut dan sesekali memilin putingnya yang kecil dan nampak sudah mengeras. “mhhh…ummmmm,….aahhh,…mmhh…..m mmm….mmmmphh….” mulutnya terus meracau mencoba menikmati setiap remasanku, matanya masih saja terpejam seolah dia tidak mau melihat kejadian ini atau dia sedang berusaha benar-benar meresapi rangsangan yang Saya buat.
Saya tarik pundaknya sehingga tubuhnya terbaring ke samping kiriku, dan Saya pun menarik bibirku dari bibirnya dengan sedikit suara kecupan yang menggambarkan dua bibir yang sudah lengket dan sulit dilepaskan. “mhuachh…aahhh” wajahnya memerah dan matanya masih terpejam, cantik sekali. Kini tangan kananku mengangkat jilbabnya ke atas, memberikan ruang agar kepalSaya bisa masuk kedalamnya. Saya mencium bau harum dari keringatnya yang mulai mengalir. Dalam keremangan Saya milihat leher jenjangnya yang putih dan halus, tanpa membiarkan waktu berlalu Saya segera mengecupnya lembut dan kecupanku semakin ganas di lehernya “aahhh….eengg…ehhhh…aahhh ….aaa hhh….” mulutnya tak berhenti meracau. Tangan kananya meraih belakang kepalSaya dan menekankan kepalSaya agar semakin menempel di lehernya, sedangkan tangan kirinya mendekap punggungku. Untungnya jarang rumah ini dengan rumah sebelah lumayan jauh, sehingga desahan kami tidak terdengar oleh rumah sebelah. Saya tidak lupa meninggalkan cupang di lehernya, lalu ciumanku pun turun ke dadanya. Tangan kananku mencari sesuatu di balik punggungnya, ya kait bra. Setelah Saya dapatkan langsung Saya lepaskan.
ML Gadis ABG Perawan Di Hotel Sampai Mendesah
“ahhh…kaaaakkk….kakaaa….k k…ahh …”, nafas Germen semakin tersengal-sengal, Saya tidak lupa meninggalkan cupang juga di payudara kirinya yang sangat lembut. Penisku semakin tegang. Lalu Saya tarik wajahku dari dadanya, Saya duduk di samping tubuhnya yang terbaring.
Bulir keringat mulai membasahi wajahnya yang putih, nafasnya tersengal, matany amasih terpejam, bibirnya terbuka sedikit. Rok bagian kiri sudah terangkat sampai ke perut, menyisakan pemandangan paha putih jenjang nan indah, namun betisnya tertutup kaos kaki yang cukup panjang. Tangan kananku masuk ke bawah kedua lututnya, tangan kiriku masuk ke dalam lehernya, Saya pun memagutnya lagi dan dia faham apa yang Saya maksud. Dia kalungkan kedua tangannya ke belakang kepalSaya.
“Jangan di sini ya sayang…kita masuk saja ke dalam…” ujarku sambil mengangkatnya, birbir kami tak henti berpagutan. Lalu Saya rbahkan tubuhnya ke kasur busa tanpa dipan khas milik anak kos. nafasnya terus tersengal, kedua tangannya meremas kain sprei kasurnya itu. Kini Saya berada di kedua kakinya, Saya coba tarik roknya sampai sebatas perut dan Saya kangkangkan kakinya. Ciumanku mendarat di bagian bawah perut,
“eenngg…ahhh…” Saya tau dia merasa geli dan terangsang hebat, sambil kedua tanganku mencoba menurunkan celana dalamnya. Gerak tubuhnya pun tidak menggambarkan penolakan, bahkan dia agak mengangkat pantatnya ketika tangan ku mencoba melepas celana dalamnya sehingga mudah melewati bagian pantan dan tidak berapa lama terlepas sudah celana penutup itu.
Meki muda berwarna pink yang sangat indah, ditumbuhi bulu halus yang rapih tercukup. Baunya pun sangat wangi. Tapi Saya tidak ingin buru-buru, Saya ingin Germen membiasakan suasananya dulu. ciumanku jatuh ke pahanya, ke bagian sensitif paha belakang sambil mengangkat kakinya ke atas. lalu pada sat yang tepat Saya mulai turunkan ciumanku di antara selangkangannya.
“kaakk…ahh…”, Saya mencoba menjilati bagian luar Mekinya dari bawah ke atas, Meki itu mulai lembab dan basah. Lalu Saya renggangkan lebih luas lagi kakinya, dan Saya sibak labia mayoda dan labia minora Mekinya, Saya temukan lubang ke wanitaan yang masih sempit namun berwarna merah seakan bekas luka atau lecet. Saya tidak mempedulukan, karena Saya melihat cairan bening meleleh dari dalam lubang kewanitaan Germen, lalu Saya jilati dan lidahku pun nakal mencoba masuk ke dalam lubang kewnitaan itu, terus mencari dan mencari…lalu kecupanku pindah ke atas menemukan benjolan kecil tepat di bawah garis Meki atas, Saya gigit-gigit kecil, Saya cium Saya sedot, tidak ketinggalan tangan kananku mencoba sedikit demi sedikit masuk ke Mekinya. “aahhhhh…uuhhh….mhh….phhh …ahhh …akakak…aahh..kakak… aduuhh…aaahhh…ahhh…” kepalanya bergeleng tidak teratur ke kanan dan kekiri,kedua tangannya semakin kuat menggenggam sprei yang dikenakan pada kasur busa tersebut. ciumanku semakin kuat dan ganas, cairan kewanitaan semakin deras keluar dari lubang kewanitaan Germen.
secara bergantian lidahku merangsang lubang Meki dan clitoris, dan tangan kananku pun tidak tinggal dia. Jika lidahku sedang merangsang klitoris maka jari tangan kananku berusaha meransang pubang Meki, juga ketika lidahku bermain-main dan mencoba masuk lebih dalam ke lubang Meki, jempol tanganku merangang dengan menggesek dan menekan-nekan clitoris Germen. “aaahhh….aaaaa…uuuu…enhhh h…eee mmm…ahh…aaaa….” Tangan kananya sekarang meremas-remas rambutku dan menekan kepalSaya agar lebih dalam lagi mengeksplorasi Mekinya. Sekitar 15 menit Saya mengekplor Mekinya, dia menjambak rambutku dan kemudian mendorongku. Sekarang posisi kami sama-sama duduk, nafasnya tersengal-sengal tapi sekarang dia berani membuka matanya menatapku, keringat mengucur dari tubh kami. Tiba-tiba bibirnya langsung menyerbu bibirku, ciuman kali ini amat liar terkadang gigi kami beradu, lidah kami saliang bertukar ludah, lidahku coba masuk ke rongga mulutnya, menjilati dinding-dinding mulutnya. Saya sangat kaget ketika tangannya menarik kaosku ke atas, melewati mulut kami yang tengah beradu, kemudian ciumannya turun ke leherku dan ke dadSaya. Tanganya tidak berhenti sampai di situ, dia mulai membuka ikat pinggang celanSaya, saat bibirnya masih menciumi dadSaya, tangannya menurunkan celanSaya dan kemudian celana dalamku.
Penisku yang diameternya 6 cm dan panjangnya hampir 20 cm mengacung tegak, kini tangan kananya menggengam penisku, Saya pun berdiri dan kini wajah ayunya berada di depan penisku hanya beberapa senti saja. ku lihat dia menelan ludah, apa mungkin dia kaget dengan ukuran ini atau mungkin dia masih ragu melSayakan ini. Saya pegang kepalanya yang masih menggunakan jilbab putih yang mulai kusut. kudekatkan penisku dengan bibirnya, bibirnya masih terkatup ketika ujung penisku menempel pada bibirnya, mungkin dia masih bingung apa yang dilSayakannya. “Kulum sayang…ciumi sayang…ayo…” lalu dia buka bibirnya sedikit dan mencium ujung penisku, kSaya, tapi menimbulkan sensasi yang dahsyat, selain karena bibirnya yang lembut, hangat dan basah menyentuh ujung penisku, melihat seorang wanita yang masih berpakaian lengkap dengan jilbabnya itu hal yang belum pernah Saya rasakan sebelumnya.
“cuup..mppuhmm..uhhmm…” bibirnya berkali-kali mengulum ujung penisku, sedikit-demi sedikit kulumannya semakin masuk. Saya lihat dia masih kSaya dan belum lihat melSayakan itu, tapi bagiku sensasi luar biasa. “mhhh…aauuuummm…uummhh”akhirny a mulutnya berani memasukkan penisku, walau tidak sampai masuk semua, karena penisku terlalu panjang dan itu akan menyakitkannya. “shh…ahh…terus Mah…keluar masukin…” Germen pun mengikuti perintahku dia memaju mundurkan kepalanya.
“aahh…sayang…terus”…”mhh. .uhmm hh..cuuupp..muuh” Germen terus melSayakan aktifitasnya. hanya 5 menit lalu dia berhenti. “Kak…Germen ngga tahan…” diapun menarik tubuhku dan Saya kini sama-sama duduk berhadapan. Saya tahu, dia dalam kondisi puncak, dia tidak dapat lagi menahan libidonya, Sayapun merebahkannya dan menindihnya. Saya regangkan kedua kakinya. Germen tampak pasrah dia memandangiku dan memperhatikan penisku yang tepat dihadapan Mekinya. Saya lupa sesuatu, segera ku raih celanSaya yang tercecer di samping dan mengambil sesuatu di dompet. Ya, Saya selalus edia kondom di dompet setelah ku buka dan akan kupasangkan, Germen menampik tanganku.
“ngga usah pake itu kak…Saya ingin jadi milik kakak seutuhnya” Saya tersentak dengan ucapannya “Kamu yakin Mah?” Germen mengangguk. Kini kuarahkan ujung penisku mendekati lubang kewanitaannya
“Tahan ya Mah…agak sakit…” Tangan kananku menggenggam batang penis dan digesek-gesekkan pada clitoris dan bibir kemaluan Germen, hingga Germen merintih-rintih kenikmatan dan badannya tersentak-sentak.
Saya terus berusaha menekan senjatSaya ke dalam kemaluan Germen yang memang sudah sangat basah itu. Perlahan-lahan kepala penisku menerobos masuk membelah bibir kemaluan Germen. “Tahan kaak…sakii..t” dia merintih sambi menggigit bibir bawahnya. Saya pun menghentikan kegiatanku sementara, sambil menunggu Saya maju mundurkan kepala penisku ke bibir kemaluannya supaya bibir kemaluannya mulai menyesuaikan. Matanya masih terpejam dan terus menggigit bibir bawahnya, nafasnya tersengal. Sedikit demi sedikit Saya masukkan kembali, pelan tapi pasti. Setiap penisku masuk Germen melengguh menahan sakit. Mekinya masih sempit tapi tanpa halangan penisku mulai masuk ke dalam. Dengan kasar Saya tiba-tiba menekan pantatku kuat-kuat ke depan sehingga pinggulku menempel ketat pada pinggul Germen. Dengan tak kuasa menahan diri dan berteriak, mungkin sakit. Dari mulut Germen terdengar jeritan halus tertahan, “Aduuuh!.., ooooooohh.., aahh…sakii…t..kaak..”, disertai badannya yang tertekuk ke atas dan kedua tangan Germen mencengkeram dengan kuat pinggangku. Beberapa saat kemudian Saya mulai menggoyangkan pinggulku, mula-mula perlahan, kemudian makin lama semakin cepat dan bergerak dengan kecepatan tinggi diantara kedua paha halus gadis ayu tersebut.
Germen berusaha memegang lenganku, sementara tubuhnya bergetar dan terlonjak dengan hebat akibat dorongan dan tarikan penisku pada kemaluannya, giginya bergemeletuk dan kepalanya menggeleng-geleng ke kiri kanan di atas meja. Germen mencoba memaksa kelopak matanya yang terasa berat untuk membukanya sebentar dan melihat wajahku, dengan takjub. Germen berusaha bernafas dan …:”
“kaa..kk…, aahh…, ooohh…, ssshh”, sementara Saya tersebut terus menyetubuhinya dengan ganas. Germen sungguh tak kuasa untuk tidak merintih setiap kali Saya menggerakkan tubuhku, gesekan demi gesekan di dinding liang Mekinya. Setiap kali Saya menarik penisnya keluar, dan menekan masuk penisku ke dalam Meki Germen, maka klitoris Germen terjepit pada batang penisku dan terdorong masuk kemudian tergesek-gesek dengan batang penisku yang berurat itu. Hal ini menimbulkan suatu perasaan geli yang dahsyat, yang mengakibatkan seluruh badan Germen menggeliat dan terlonjak, sampai badannya tertekuk ke atas menahan sensasi kenikmatan yang tidak dapat dilukiskan dengan kata-kata. Sementara tanganku yang lain tidak dibiarkan menganggur.
Tanganku merengkuh punggungnya yang melengkung menahan nikmat, kemudian Saya sibak jilbabnya dan terlihat dua payudara indahnya yang masih sembunyi dibalik kemeja yang sudha terbuka kancing bagian atasnya, branya pun sudha tersingkap ke atas menambah sensualitas pemandangan saat itu. Saya tarik punggungnya sehingga maskin melengkung ke atas, Saya pun terus bermain-main pada bagian dada Germen dan Mencium dan kadang menggigit kedua payudara Germen secara bergantian. Ia berusaha menggerakkan pinggulnya, akan tetapi paha, bokong dan kakinya mati rasa. Tapi ia mencoba berusaha membuatku segera mencapai klimaks dengan memutar bokongnya, menjepitkan pahanya, akan tetapi Saya terus menyetubuhinya dan tidak juga mencapai klimaks. Ia memiringkan kepalanya, dan terdengar erangan panjang keluar dari mulutnya yang mungil,
“Ooooh…, ooooooh…, aahhmm…, ssstthh!”. Gadis ayu itu Semakin erat mendekap kepalSaya agar semakin rekat dengan payudaranya, Saya tahu pelukan itu adalah penyaluran dari rasa nikmat dan klimaks yang mungkin sebentar lagi dia rasakan.
Kedua pahanya mengejang serta menjepit dengan kencang, menekuk ibu jari kakinya, membiarkan bokongnya naik-turun berkali-kali, keseluruhan badannya berkelonjotan, menjerit serak dan…, akhirnya larut dalam orgasme total yang dengan dahsyat melandanya, diikuti dengan suatu kekosongan melanda dirinya dan keseluruhan tubuhnya merasakan lemas seakan-akan seluruh tulangnya copot berantakan. Germen terkulai lemas tak berdaya di atas kasur dengan kedua tangannya terentang dan pahanya terkangkang lebar-lebar dimana penisku tetap terjepit di dalam liang Mekinya. Itu lah pertama kali dia merasakan indahnya orgasme. Selama proses orgasme yang dialami Germen ini berlangsung, memberikan suatu kenikmatan yang hebat yang dirasakan olehku, dimana penisku yang masih terbenam dan terjepit di dalam Meki Germen dan merasakan suatu sensasi luar biasa, batang penisku serasa terbungkus dengan keras oleh sesuatu yang lembut licin yang terasa mengurut-urut seluruha penisku, terlebih-lebih pada bagian kepala penisku setiap terjadi kontraksi pada dinding Meki Germen, yang diakhiri dengan siraman cairan panas.
Perasaanku seakan-akan menggila melihat Germen yang begitu cantik dan ayu itu tergelatak pasrah tak berdaya di hadapannya dengan kedua paha yang halus mulus terkangkang dan bibir kemaluan yang kuning langsat mungil itu menjepit dengan ketat batang penisku. Tidak sampai di situ, beberapa menit kemudian Saya membalik tubuh Germen yang telah lemas itu hingga sekarang Germen setengah berdiri tertelungkup di dipan dengan kaki terjurai ke lantai, sehingga posisi pantatnya menungging ke arahku. Saya ingin melSayakan Gaya Anjing, tanganku kini lebih leluasa meremas-remas kedua buah payudara Germen yang kini menggantung ke bawah, tangunku menyusup lewat kemeja bagian bawah. Dengan kedua kaki setengah tertekuk, secara perlahan-lahan Saya menggosok-gosok kepala penisku yang telah licin oleh cairan pelumas yang keluar dari dalam Meki Germen dan menempatkan kepala penisku pada bibir kemaluan Germen dari belakang.
Dengan sedikit dorongan, kepala penisku tersebut membelah dan terjepit dengan kuat oleh bibir-bibir kemaluan Germen, Germen melengguh agak kencang..”aahhgg….” ketika penisku mulai menyeruak ke dalam Mekinya lagi. Kedua tanganku memegang pinggul Germen dan mengangkatnya sedikit ke atas sehingga posisi bagian bawah badan Germen tidak terletak pada dipan lagi, hanya kedua tangannya yang masih bertumpu pada kasur. Kedua kaki Germen dikaitkan pada pahSaya. Kutarik pinggul Germen ke arahku, berbarengan dengan mendorong pantatnya ke depan, sehingga disertai keluhan panjang yang keluar dari mulut Iffa, “Oooooooh…aahh…shhh…ahh…. !”, penisku tersebut terus menerobos masuk ke dalam liang Mekinya dan Saya terus menekan pantatnya sehingga perutnySaya menempel ketat pada pantat Germen yang setengah terangkat. Saya memainkan pinggulnya maju mundur dengan cepat sambil mulutku mendesis-desis keenakan merasakan penisku terjepit dan tergesek-gesek di dalam lubang Meki Germen yang ketat itu. “Ahh…ahhh…aahh…kak..a.duu u..hh …mhh…teruss…” mulutnya terus mengaduh, tanda nikmat tiada tara yang dia rasakan.
Tubuhny amaju mundur terdorong desakan penisku. Karena bagian pantat lebih tinggi dari kepala sehingga kemejanya turn ke bawah memperlihatkan pungguh mulus dan putih yang sebelumnya tidak pernah dilihat siapapun. Tangannya sambil terus meremas seprei dan merebahkan kepanaya di kasur. “shhh…ahh..kakk…aahh..adu uhh…k ak….” semakin kencang teriakannya semakin menunjukkan kalau dia akan merasakan klimaks untuk kedua kalinya. Sayapun mempercepat doronganku. “terus..kak…ahh…jangan berhenti…ahh…kak,…” Germenmeracau semakin tidak karuan. Dan….diapun mendongakkan kepalanya ke atas disertai lengguhan panjang “aaaaaaa……….hhhhhh….” dia klimaks untuk kedua kalinya. Saya cabut penisku dari lubang Mekinya, Saya lihat cairan bening semakin banyak meleleh dari Mekinya. Tubuhnya melemas dan lunglai ketika Saya lepaskan. Navasnya tersengal, pakaian dan jilbabnya kusut tak karuan. Keringat membuat pakaian dia yang tidak dilepas sama-sakeli menjadi basah. Namun dia memang wanita yang pandai merawat tubuhnya, bahkan keringatnya pun harum sekali baunya. Setelah Saya biarkan dia istirahat beberapa menit sambil meresapi orgasme untuk keduakalinya.
Kemudian Saya merubah posisi permainan, dengan duduk di sisi tempat tidur dan Germen kutarik duduk menghadap sambil mengangkang pada pangkuanku. Saya menempatkan penisku pada bibir kemaluan Germen yang tampak pasrah dengan perlSayaanku, Lalu Saya mendorong sehingga kepala penisku masuk terjepit dalam liang kewanitaan Germen, sedangkan tangan kiriku memeluk pinggul Germen dan menariknya merapat pada badanku, sehingga secara perlahan-lahan tapi pasti penisku menerobos masuk ke dalam kemaluan Germen. Tangan kananku memeluk punggung Germen dan menekannya rapat-rapat hingga kini badan Germen melekat pada badanku. Kepala Germen tertengadah ke atas, pasrah dengan matanya setengah terkatup menahan kenikmatan yang melandanya sehingga dengan bebasnya mulutku bisa melumat bibir Germen yang agak basah terbuka itu.Dengan sisa tenaganya Germen mulai memacu dan terus menggoyang pinggulnya, memutar-mutar ke kiri dan ke kanan serta melingkar, sehingga penisku seakan mengaduk-aduk dalam Mekinya sampai terasa di perutnya.
Karena stamina yang sudha terkuras dengan dua klimaks yang didapatnya, goyangan Germens emakin melemah. Saya pindahkan kedua tanganku ke arah pinggannya dan tanganku mulai membantu mengangkat dan mendorong pinggul Germen agar terus bergoyang. Saya ihat penisku timbul tenggelam dibekap lubang Mekinya yang hangat. Rintihan tak pernah berhenti keluar dari mulutnya. “shh…ah…sshhh…ahhh..” Goyangannya teratur, setelah sekian lama dengan posisi itu, Germen mulai bangkit lagi libidonya, dengan tenaga sisa dia mulai membantu tangSaya dengan menggerakkan pinggulnya lebih cepat lagi. Kedua tangannya kini merangkul kepalSaya dan membenamkannya ke kedua gunug kembarnya yang besar dan halus. Saya tahu dia akan mengalami klimaksnya yang ketiga. Saya kulum dan lumat payudaranya, kepala Germen menengadah merasakan nikmat yang tiada tara atas rangsangan pada dua titik tersensitifnya. Tak berselang kemudian, Germen merasaka sesuatu yang sebentar lagi akan kembali melandanya.
Terus…, terus…, Germen tak peduli lagi dengan gerakannya yang agak brutal ataupun suaranya yang kadang-kadang memekik lirih menahan rasa yang luar biasa itu. Dan ketika klimaks itu datang lagi, Germen tak peduli lagi, “Aaduuuh…, eeeehm..ahh…kaa..kk…aahhh…”, Germen memekik lirih sambil menjambak rambutku memeluknya dengan kencang itu. Dunia serasa berputar. Sekujur tubuhnya mengejang, terhentak-hentak di atas pangkuanku. Kemudian kembaliku gendong dan meletakkan Germen di atas meja dengan pantat Germen terletak pada tepi dipan dan kasur, kedua kakinya terjulur ke lantai. Saya mengambil posisi diantara kedua paha Germen yang kutarik mengangkang, dan dengan tangan kananku menuntun penisku ke dalam lubang Meki Germen yang telah siap di depannya. Saya mendorong penisku masuk ke dalam dan menekan badannya. Desah nafasnya mendengus-dengus seperti kuda liar, sementara goyangan pinggulnya pun semakin cepat dan kasar. Peluhnya sudah penuh membasahi sekujur tubuhnya dan tubuh Germen yang terkapar lemas dan pasrah terhadap apa yang akan Saya lSayakan.
Badan gadis itu terlonjak-lonjak mengikuti tekanan dan tarikan penisku. Germen benar-benar telah KO dan dibuat benar-benar tidak berdaya, hanya erangan-erangan halus yang keluar dari mulutnya disertai pandangan memelas sayu, kedua tangannya mencengkeram Sprei. Dan Saya sekarang merasa sesuatu dorongan yang keras seakan-akan mendesak dari dalam penisku yang menimbulkan perasaan geli pada ujung penisku. Saya mengeram panjang dengan suara tertahan, “Agh…, terus”, dan pinggulku menekan habis pada pinggul gadis yang telah tidak berdaya itu,sehingga buah pelirku menempel ketat dan batang penisku terbenam seluruhnya di dalam liang Meki Germen. Dengan suatu lenguhan panjang, “Sssh…, ooooh!”, sambil membuat gerakan-gerakan memutar pantatnya, Saya merasakan denyutan-denyutan kenikmatan yang diakibatkan oleh *an air maninya ke dalam Meki Germen. Ada kurang lebih lima detik Saya tertelungkup di atas badan gadis ayu tersebut, dengan seluruh tubuhku bergetar hebat dilanda kenikmatan orgasme yang dahsyat itu.
Dan pada saat yang bersamaan Germen yang telah terkapar lemas tak berdaya itu merasakan suatu *an hangat dari pancaran cairan kental hangat ku yang menyiram ke seluruh rongga Mekinya. Saya melihatnya lemas dengan jilbab dan pakaian yang sudah nggak keruan bentuknya lagi. Saya melihatnya menunduk sedih sambil menangis. Saya faham, gadis seperti dia tidak mungkin mudah untuk melSayakan hal ini, tapi kali ini Saya benar-benar membuatnya tak berdaya dan mengikuti nafsu duniawi. “Kak…” dia membuka perakapan ditengah hening kami menikmati pertempuran yang baru saja selesai. “Ya sayang…” sambil ku peluk dia. “Kakak mau tanggung jawab kan?” “Kakak mau menikahi Germen kan?” parau suaranya terdengar.Saya tersentak Saya tak menyangka kalau dia langsungmengatakan itu.
Tapi Saya benar-benar tidak tega melihat kondisinya yang sudah menyerahkan semuanya kepadSaya. Saya pun ingin memilikinya dan mengakhiri semua kebiasan burukku. Saya berjanji meninggalkan pacarku kalau dia mau menikah denganku, kenyataannya sekarang itu sudah di depan mata.“i..iya..Mah…kakak akan tanggung jawab…kakak akan menikahi kamu” sahutku. Dalam wajah sedihnya kuliah bibirnya menyunggingkan sedikit senyum. Dan kamipun tertidur dengan saling memeluk seakan berharap agar pagi tak segera hadir. Semenjak kejadian pertama ini, Germen jadi agresif dalam hal bercinta.Terkadang dia sendiri yang meminta dientot tanpa Saya minta.Berbagai gaya sudah kami coba.Selang berapa tahun kemudian kami menikah dan mempunyai anak satu perempuan yang kita namai Yunita.
0 Komentar