Maniak seks 


Minggu pagi ini langit begitu cerah, rumah Lita ramai dipenuhi oleh tamu, yang sebagian besar adalah anak-anak temannya Edo.

Tepat di hari minggu ini Edo merayakn ultahnya yang ke 13 tahun, banyak teman yang hadir di acara ultahnya. Lita terlihat sibuk mengurus keperluan acara tersebut, dia kesana kemari untuk melihat kesiapan acara. Lita mengurusinya sendiri karena suaminya tak berada di rumah, seminggu yang lalu suami Lita kembali berangkat mengurusi pekerjaanya.

Suami Lita mendapat jatah proyek di pulau Sumatra tepatnya di Propinsi Riau. Saat mengantar suaminya di bandara bersama Edo seminggu yang lalu, suami Lita berpesan padanya Lita untuk menjaga kehamilannya. Wajah Lita terlihat murung. Namun berbeda saat ditinggal suaminya untuk mengerjakan proyek di Sulawesi, Lita justru tidak terlihat murung sama sekali. Karena dengan keberangkatan suaminya bekerja, dia dengan leluasa bisa menikmati kontol dari para selingkuhannya.

Pada waktu suaminya berada di rumah Lita kurang bebas untuk memuaskan nafsu birahinya Pak Sam dan Pak Gono. Dan ketika suaminya menjanjikan untuk pulang seminggu sebulan sekali, Lita justru melarangnya dengan membikin seribu alasan.

Kembali tentang acara ultah Edo, tamu undangan sudah mulai berdatangan sementara Lita masih sibuk kesan kemari dengan perut yang mulai membesar. Usia kehamilan Lita menginjak bulan ke 5 yang membuat gerakannya agak susah.

“Pak tolong kado-kadonya ditaruh di meja semua ya”
“Baik bu”
“Oya mbak nanti kue ultahnya jangan dikeluarin dulu kalau belum waktunya tiup lilin”
“Iya bu”
“Mbak itu makanan sama minuman yang untuk tamu sering-seing di cek ya jangan sampai kehabisan”

Begitulah kesibukan Lita yang mengatur semuanya sendiri, sebagai kepala divisi di sebuah perusahaan itu bukanlah hal sulit untuk Lita melakukannya.

Setelah belakang sudah beres, Lita berpindah menuju depan untuk menyambut para tamu yang datang. Dengan ramah Lita menyalami satu persatu tamu undangan yang hadir, yang kebanyakan teman Edo.


Pengalamanku Sebagai Terapi Seks


Menjelang acara dimulai, tamu yang datang mulai berkurang. Lita yang baru saja akan ikut bergabung dengan tamu undangan di dalam ruangan, tiba-tiba munculah sesosok laki-laki yang tak asing bagi Lita, yaitu Pak Dimas. Dia datang berpakaian santai beda dengan penampilan yang selama ini di lihat Lita di kantor.

“Selamat pagi bu Lita” sapa Pak Dimas.
“Pagi juga Pak Dimas” jawab Lita.
“Bu Lita pagi ini terlihat sangat cantik sekali” kata Pak Dimas basa-basi.
“Pak Dimas bisa saja deh” timpanya malu-malu. Lita lantas memanggil anaknya yang lagi asyik berbaur dengan teman-temannya.
“Edo sayang sini sebentar nak”
“Iya Ma” jawab Edo berlari menuju mamanya yang sedang berbincang dengan Pak Dimas.
“Kenalain Bos mama di kantor, namanya Pak Dimas ayo Edo kasih salam sama Pak Dimas” kata Lita mengenalkan Pak Dimas pada Edo anaknya. Edo pun lantas menyodorkan tangannya untuk bersalaman dengan Pak Dimas tak lupa juga Edo mencium tanganya.
“Kenalin Pak, ini anak saya namanya Edo”
“Oh ini toh yanga namanya Edo?” kata Pak Dimas sambil mengelus kepala Edo.
“Iya Pak” jawab Edo singkat
“Sudah gede kamu ya, ngomong-ngomong ni ulang tahun yang keberapa?” tanya Pak Dimas.
“Yang ke tiga belas Pak” jawab Edo.
“Ini ada kado dari saya jangan dilihat dari harganya ya?” kata Pak Dimas sambil menyodorkan bingkisan kado pada Edo.
“Iya Pak terima kasih” kata Edo senang.
“Oya katanya Edo mau punya adik ya?” tanya Pak Dimas diluar tema ulang tahun. Tiba-tiba Pak Dimas membicarakan soal kehamilan Lita yang membuat Lita agak sedikit terusik.
“Hehehe iya Pak” jawab Edo.
“Mamanya dijaga ya, jangan sampai kecapekan” pesan Pak Dimas untuk Edo
“Siap Pak, maaf Pak Dimas dan mama, Edo kebali kesana dulu ya sama teman-teman Edo” pamit Edo.
“Iya Edo silakan” jawab Pak Dimas.

Edo berjalan meninggalkan Lita dan Pak Dimas tanpa mengetahui tentang hubungan mamanya dengan bosnya itu.

“Ih Pak Dimas kog pake bilang gitu segala sih sama Edo”
“Kan ya benar kamu harus jaga diri dan tak boleh kecapekan”
“Kan Pak Dimas yang bikin saya jadi capek”
“Capek tapi enak kan?heheheee…”
“Pak Dimas bisa aja deh”
“Ayo Pak kita kesana acara sudah mau mulai”
“Ayo, tapi nanti jangan lupa ya?”
“Iya Pak beres,hehehee…”

Acara demi acara sudah dilalui sampai akhirnya pada acara puncak yaitu meniup lilin dan memotong kue tart yang berukuran cukup besar itu.

“Kini saatnya kue tart dibawa keluar” kata pembawa acara memberi aba-aba agar kue tart yang telah disiapkan untuk dibawa keluar ditengah-tengah acara.

“Tiup lilinnya tiup lilinnya tiup lilinnya sekarang juga sekarang juga”

Semua para undangan ikut bernyanyi mengikuti nyanyian pembawa acara yang menyanyikan lagu selamat ulang tahun untuk Edo. Setelah lilin yang berjumlah 13 itu tertiup semua, giliran memotong kue tartnya. Pembawa acara bernyanyi kembali mengiringi acara potong kue yang akan dilakukan oleh Edo sendiri.

“Potong kuenya potong kuenya…”

Usai Edo memotong ku para tamu undangan bertepuk tangan dan mengucapkan selamat pada andi yang berulang tahun.

“Potongan kuenya mau dikasih siapa?”

“Ini buat Mama”

Edo pun menyerahkan potongan kue pertamanya pada Mamanya.

Lita pun menereminya dengan semringah dan segera memberi ciuman di di dahi serta memberi nasehat.

“Edo udah besar, udah mau punya adek nggak boleh nakal ya”

“Iya Ma….”

Acara pemotngan kue ultah anak Lita sudah selesai, dan dilanjutkan dengan permainan dan hiburan.

Lit dengan diam-diam meninggalkan kerumuman undangan di halaman rumahnya dan berjalan menuju kerumah.

Acara pemotongan kue ulang tahun anak ambar sudah selesai, dan dilanjutkan dengan game dan hiburan untuk semua undangan.

Lita melanjutkan menuju kearah tangga dan melangkah menuju ke lantai 2.

Setelah memastikan sekali lgi bahwa tidak ada orang lain yang melihatnya, Lita segera masuk kedalam kamarnya.

Pak dimas sedang berbaring di atas tempat tidur dengan santai tanpa sehelaipun pakaian menutupi tubuhnya.

“heehhh… hehhhh…heehhhhh”

Nafas Lita mulai terdngar berat dan tak beraturan karena nafsu birahinya yang semakin menggelora melihat batang kemaluan Pak Dimas.

hhhhheeeehhhh… hheehhh…hhaahhhh”

Meskipun hampir setiap hari mereka selalu bercinta di kantor, Lita selalu merasa sangat terangsang ketika bersama Pak Dimas.

“Eeehhhh… hheehhhhh”

Pak Dimas bangkit dari kasur tepatnya berbaring dan meyambut Lita yang terlihat semakin bergairah.

“Aagghhh masukkin meqiku yang basah ini”

“Aaghh Bu Lita”

“Pak Dimas hheeehhhhh”

“Bu Lita sudah nggak sabar ya..”

“Aq sudah kangen sama penismu pak oghh entotin aq”

“Aq juga sudah nggak sabar ngentot Bu Lita…”

Pak Dimas dan Lita berpelukan erat, tangan mereka saling meraba dan meremas tubuh mereka satu sama lain.

Mereka berciuman mesra dan hot, mulut mereka saling mulumat sementara lidah mereka saling membelit.


Nafsu Liar Iparku


Air liur mereka bercampur menjadi satu dan mereka pindahkan dari mulut kemulut sehingga sebagian ada yang menetes dari tepi bibirnya.

“Oghh… ayo penisku di hisap dulu Bu”

“Oghh iya pak penis oghhh”

Lita mulai menrunkan tubuhnya hingga kepalanya kini sejajar dengan selangkangan pak Dimas dengan penis yang sudah tegang mengeras.

Penis pak Dimas tegak mengeras di depan wajah Lita dan terus berdenyut-denyut seakan akan segera menyemprotkan pejuh.

Lita dengan hati berdebar mulai memeganng batang penis Pak Dimas dengan tangan kanannya dan mulai mengocoknya pelan.

“Ooghh… penismu pak besarr”

“Ooghh… sshhh bu Lita.

Lita pun mulai mengulum batang penis itu tanpa kesulitan sambil menghisapnya dan sesekali lidahnya pada buah zakar pak Dimas.

“Emmpphhh… sreeeeppppp”

“Oghh bagaiaman rasanya penisku bu…?”

“Nikmat sekali pak besaarhhh sreepppp”

“Emmmmnnhhhh… heehhhh”

Pak Dimas menarik rambut Lita yang sebelumnya tertata rapi hingga berantakkan tak beraturan.

“Ooghhh terus bu hisap yang kuat”

“Eeghhhh empppphh eppehmmhhh slreppp”

“Ooooohhhhhh”

Pak Lita menahan kepala Lita sehingga gerakan mengulum batang penisnya berhenti dan mengeluarkan batang penisnya dari mulut Lita.

“Ooghhh sekarang siap siap ku entot bu…”

Pak Dimas menaruk tubuh Lita dan membalikkanya sehingga posisi Lita sekarang nungging membelakangi pak Dimas.

Rok Lita disingkapkan ke atas pinggulnya menampakkan bongkahan pantat bulat padat Lita.

“Ooghhh berikan penismu pakkk”

“Ooghhh terima penisku di mewi Ibu…”

“Heeeennnhhhhhhhhhh” Lita mendesah pelan ketika kepala penis pak Dimas mulai membelah bibir meqinya.

“Hhhnnnnneeehhhhhhh”

“Eeeggghhhhhh”

“Masuk pak Ooghhh meqiku terasa penuh sekali ogghhh”

Pak Dimas melesakkan batang penisnya dalam-dalam di meqi Lita dan setelah itu mulai mengocok maju mundur meqi Lita yang sudah basah dan licin itu.

“Ooogghhhhhh iyyaahhhhh terus kocok terusss paakkk”

Ooghhh bu Lita heeggghhhhhh”

“Kocok teruss pak meqiku… ooogghhhhh”

“Oogghhh… oghhh.. oghhh”

“Iyaahhhh yaahhhh”

Tangan pak Dimas membuka paksa baju Lita lalu merenggut BH yang dibaliknya keatas toket Lita.

Toket Lita yang montok tersembul menantang setelah terbebas dari kungkungan BH berwrna putih itu.

“Oooghhhhhh”

“Emmmmpphhhhhhh”

“Ooghhh pakk terushh paakkk kocok lebih dalam sampai mentokk oogghhhhh”

Tangan pak Dimas meremas-remas toket Lita dan sesekali jari-jari pak Dimas memilin-milin putingnya sehingga menyebabkan air susunya keluar.

“Ooogghhhhh… oogghhhh”

“Ayoo pakkk kocok meqiku lebih cepat oghh.. oghhh…”

“Ooghhh bu Lita meqimu sempit dan nikmat oghhh”

“Aaaghhh lagi pak terus terus kocok pakk”

Pak Dimas menyosorkan mulutnya ke puting Lita dan mulai menghisapnya kuat-kuat agar keluar air susunya.

“Oooohhhhhhhh”

“Heehhhhhhh.. creeekkkkk”

“Iyyaahhhhh pak terushhhh hisap toketku pak ooghhhhhh terusss yang kuatt”

“Heeehhhhhhhhh creekkkkkk”

“Hooooooohhhhhhhh”

Sambil terus menghisap toket Lita pak Dimas semakin mempercepat kocokkanya pada lubang meqi Lita.

“Ooghhhhhh iyyaahhhh teruss paakkkkk”

“Mmmmmmpphhhhhhh creeekkkkk”

Terusss kocok meqikuuu terussshhhhh”

“Aq mau keluarrr buuu aq mau keluarrrrr”

“Semburkan pejuhmmuuu dala meqiku oaakkkk”

“Ooghhh terima pejuhku buu aq sebentar lagi keluaarrrr”

“Oghh semburkan pejuhmu pak sirami janin dalam perutku ini oogghhhh”

“Ooooogghhhhhhhhhhhh”

Pak Dimas menyemburkan pejuhnya yang hangat dalam meqi Lita sampai meluber hingga menetes keluar.

“Heeeeehhhhggghhhhhh”

“Kamu benar benar lonteku buu ooogghhh”

“Iyaahhh aq lonte bapakkk ooghhh”

“Oghh semoga calon bayi dalam perut Ibu tumbuh sehat dengan pejuhku..”

“Iyah pak semoga oogghhhh”