Sebuah hri di sore hri Rida terperanjat menyaksikan kantornya sudah gelap. Berarti pintu sudahdikunci oleh Pak Warto & Diman, satpam mereka. Beliau tadi berangkat ke Kloset apalagi lalusebelum dapat pulang. Barangkali mereka mengira dirinya telah pulang. Baru saja beliau dapatmenggedor pintu, kebanyakan para satpam duduk di pintu luar. Ada informasi para satpam di kantor bank tersebut bakal diberhentikan lantaran pengurangan karyawan, Rida merasa kasihannamun tidak mampu berbuat apa-apa. Seingatnya ada kurang lebih 6 orang satpam disana. Berartitidak sedikit pun korban PHK kali ini.
Ingin kemana Rida? tiba-tiba satu orang menegurnya dari kegelapan meja teller. Rida terperanjat, ada Warto & Diman.
Mereka menyeringai. Eh Pak, kok telah dikunci? Saya ingin pulang, lalu Rida menyapa mereka berdua yg mendekatinya. Rida, kami dapat diberhentikan besok.., Warto bicara. Iya Pak, saya pun nggak dapat apa apa.., Rida menjawab. Di luar hujan mulai sejak turun.
Seandainya demikian.. kami minta kenang-kenangan saja Mbak, tiba-tiba Diman yg lebih belia menjawab sambil menatapnya tajam.
I.., iya.., besok saya belikan kenang-kenangan.., Rida menjawab.
Tiba-tiba beliau merasa gugup dan cemas. Warto mencekal lengan Rida. Sebelum Rida tersadar, kedua tangannya telah dicekal ke belakang oleh mereka. “Aah! Jangan Sampai Pak!”. Diman menarik blus warna ungu milik Rida. Gadis itu terkejut & tersentak saat kancing blusnya berhamburan. “Sekarang aja Rida. Kenang-kenangan utk seumur hidup!”. Warto menyeringai menonton Diman merobek kaos dalam katun Rida yang berwarna putih berenda. Rida berikhtiar meronta. Namun tak berdaya, dadanya yang kencang yang terbungkus bra hitam berendanya mencuat ke luar. “Jangannnn! Lepaskannn!”, Rida berikhtiar meronta.
Hujan turun dengan derasnya. Diman diwaktu ini berupaya menurunkan celana panjang ungu Rida. Kedua lelaki itu sudah sejak lama
memperhatikan Rida. Gadis yang mereka tahu tubuhnya sangat kencang dan sintal. Diam-diam mereka tak jarang mengintipnya waktu ke kamar mandi. waktu ini mereka sudah tak tahan lagi. Rida menyepak Diman dgn keras. “Eit, melawan pun si Mbak ini..”, Diman hanya menyeringai. Rida di seret ke meja Head Teller. Dengan sekali kibas seluruhnya peralatan di meja itu berhamburan bersih. “Aahh! Jangan Pak! Jangannn!”, Rida sejak mulai menangis ketika ia ditelungkupkan di atas meja itu. Sementara kedua tangannya terus dicekal Warto, Diman sekarang lebih leluasa menurunkan celana panjang ungu Rida. Sepatunya terlepas.
Diperlakukan seperti itu, Rida pula mulai merasa terangsang. ia sanggup merasakan angin dingin menerpa kulit pahanya. Menunjukkan
celananya telah terlepas jatuh. Rida lemas. Perihal ini menguntungkan kedua penyiksanya. Dengan enteng mereka menanggalkan blus dan celana panjang ungu Rida. Rida mengenakan setelan pakaian dalam berenda warna hitam yang mini dan sexy. Mulailah pemerkosaan itu. Pantat Rida yang kencang mulai sejak sejak ditepuk oleh Warto bertubi-tubi, “Plak! Plak!”.
Tubuh Rida memang lah kencang menggairahkan. Payudaranya besar dan kencang. Seluruh tubuhnya pejal kenyal. Dalam keadaan menungging di meja seperti ini dirinya nampak amat sangat menggairahkan. Diman menjambak rambut Rida sehingga bisa menyaksikan wajahnya. Bibirnya yang penuh berlipstik merah menyala membentuk huruf O. Matanya basah, air mata mengalir di pipinya. “Sret!”, Rida tersentak kala celana dalamnya telah ditarik robek. Menyusul branya ditarik dgn kasar. Rida memang lah merasa terhina. Beliau dibiarkan hanya bersama mengenakan stocking sewarna bersama kulitnya. Sementara penis Warto yang gede dan keras sejak sejak mulai
melesak di vaginanya. “Ouuhh! Adduhh..!”, Rida merintih. Seperti anjing, Warto sejak mulai sejak menyodok nyodok Rida dari belakang.
Sementara tangannya meremas-remas dadanya yang kencang. Rida hanya bakal menangis tak berdaya.
Tiba-tiba Diman mengangkat wajahnya, setelah itu menyodorkan penisnya yang keras panjang. Memaksa Rida membuka mulutnya. Rida memegang pinggiran meja menahan rasa ngilu di selangkangannya sementara Diman memperkosa mulutnya. Meja itu berderit derit mengikuti sentakan-sentakan tubuh mereka. Warto mendesak dari belakang, Diman menyodok dari depan. Bibir Rida yang penuh itu terbuka lebar-lebar menampung kemaluan Diman yang masih ke luar masuk di mulutnya. Tiba-tiba Warto mencabut kemaluannya dan menarik Rida. “Ampuunnn…, hentikan Pak..”, Rida menangis tersengal-sengal. Warto duduk di atas sofa tamu. Selanjutnya dgn dibantu Diman, Rida dinaikkan ke pangkuannya, berhadapan dengan pahanya yang terbuka.
“Slebb!”, kemaluan Warto kembali masuk ke vagina Rida yang sudah basah. Rida menggelinjang ngilu, melenguh dan merintih. Warto kembali memeluk Rida sambil memaksa melumat bibirnya. Setelah Itu mulai mengaduk aduk vagina gadis itu. Rida terus tersengal-sengal melayani serangan mulut Warto dikala dirasakannya sesuatu yang keras dan basah memaksa masuk ke lubang anusnya yang sempit. Diman sejak mulai sejak memaksa menyodominya. “Nghhmmm..! Nghh! Jahannaammm…!”, Rida berupaya meronta, tetapi tidak
berdaya.
Warto tetap melumat mulutnya. Sementara Diman memperkosa anusnya. Rida lemas tak berdaya sementara kedua lubang di tubuhnya disodok bergantian. Payudaranya diremas dari depan maupun belakang. Tubuhnya yang basah oleh peluh semakin membuat ia kelihatan erotis dan merangsang. Serta rintihannya. Tiba-tiba gerakan kedua pemerkosanya yang semakin serentak dan dalam mendadakberakhir. Rida ditelentangkan bersama tergesa kemudian Warto menyodokkan kemaluannya ke mulut gadis itu. Rida gelagapan disaat Warto mengocok mulutnya setelah itu mendadak kepala Rida dipegang erat dan… “Crrrt! Crrrt!”, cairan sperma Warto muncrat ke dalam mulutnya, bertubi-tubi. Rida merasa bakal muntah. Tapi Warto terus menekan hidung Rida hingga dirinya terpaksa menelan cairan kental itu. Warto terus memainkan batang kemaluannya di mulut Rida hingga bersih. Rida tersengal sengal mengupayakan menelan seluruh cairan lengket yang masih tersisa di langit-langit mulutnya.
Terangsang Ketika Merabah Payundara Kenyal
Rida ditarik ke tengah lobby bank itu. Dikelilingi 6 orang lelaki kekar yang sudah mengakses pakaiannya masing-masing hingga Rida dapat menonton batang kemaluan mereka yang telah mengeras. “Ayo Rida, kulum punyaku!”, Rida yang hanya mengenakan stocking itu
dipaksa mengoral mereka bergiliran. Tubuhnya tiba-tiba di untuk dalam keadaan seperti merangkak. dan sesuatu yang keras sejak sejak mulai melesak paksa di lubang anusnya. “Akhh…, mmmhhh.., mhhh…”, Rida menangis tak berdaya. Sementara mulutnya dijejali batang kemaluan, anusnya disodok-sodok dengan kasar. Pinggulnya yang kencang dicengkeram. “Akkkghhh! Isep teruss…!, Ayooo”. Satpam yang tengah menyetubuhi mulutnya mengerang kala cairan spermanya muncrat mengisi mulut Rida. Gadis itu gelagapan menelannya
hingga habis. Kepalanya dipegangi dgn sangat erat. dan lelaki lain cepat menyodokkan batang kemaluannya menggantikan rekannya.
Rida dipaksa menelan sperma semua satpam itu bergiliran. Mereka pun bergiliran menyodomi dan memperkosa semua lubang di tubuh Rida bergiliran.
Badan Rida yg sintal itu basah berbanjir peluh & sperma. Stockingnya sudah penuh noda-noda sperma kering. Hasilnya Rida ditelentangkan di sofa, setelah itu para satpam itu bergiliran mengocok kemaluan mereka di wajahnya, sesekali mereka memasukkannya ke mulut Rida & mengocoknya disana, sampai dengan cara bergiliran sperma mereka muncrat di semua wajah Rida.
Waktu sudah selesai Rida telentang & tersengal-sengal lemas. Badan & wajahnya belepotan cairan sperma, keringat & air matanya
sendiri. Rida pingsan. Tetapi para satpam itu nyata-nyatanya belum puas. “Belum pagi nih”, tutur salah seseorang dari satpam itu. “Iya, saya tetap belum puas…”. Hasilnya muncul gagasan mereka yg lain.
Badan telanjang Rida diikat erat. Setelah Itu mereka membawanya ke belakang kantornya. Bidang belakang bank itu memang lah masihlah sepi & tidak sedikit semak belukar. Rida yg tetap dalam kondisi lemas diletakkan demikian saja di suatu pondok lanjut umur ruang para pemuda berkumpul kala tengah malam. Hujan sudah mogok tapi hawa tetap demikian dinginnya. Mulut Rida disumpal bersama celana dalamnya. Dikala tengah malam makin larut baru Rida tersadar. Beliau tersentak menyadari tubuhnya tetap dalam kondisi telanjang bulat & terikat tidak berdaya. Dia memang merasa dilecehkan sebab stockingnya tetap terpasang.
Tiba-tiba saja terdengar nada sekian banyak cowok. & mereka terperanjat saat masuk.
“Wah! Ada hadiah nih!”, aroma alkohol kental ke luar dari mulut mereka. Rida berupaya meronta waktu mereka mulai sejak menggerayangi badan sintal telanjangnya. Tetapi dia tidak berdaya. Ada 8 orang yg datang. Mereka cepat menyalakan lampu listrik yg remang-remang. Badan Rida sejak mulai dijadikan bulan-bulanan. Rida cuma sanggup menangis pasrah & merintih terhambat.
Beliau ditunggingkan diatas lantai bambu selanjutnya para lelaki itu bergiliran memperkosanya. Seluruhnya lubang di tubuhnya dengan cara bergiliran & bersamaan disodok-sodok bersama amat kasar. Kembali Rida bermandi sperma. Mereka menyemprotkannya di punggung, di pantat, dada & wajahnya. Tiap-tiap kali bakal pingsan, seorang bakal menampar wajahnya sampai beliau kembali tersadar.
“Ini kan teller di bank depan?”
Mereka tertawa-tawa sambil tetap memperkosa Rida bersama beraneka posisi. Rida yg masihlah terikat & terbungkam cuma sanggup pasrah menuruti perlakuan mereka. Cairan berwarna putih & merah kekuningan mengalir dari lubang pantat & vaginanya yg sudah memerah akibat dipaksa menerima demikian tidak sedikit batang penis. Dikala satu orang sedang sibuk menyodominya, Rida tidak tahan lagi & hasilnya pingsan. Entah telah berapa kali para pemabuk itu menyemprotkan sperma mereka ke seluruhnya badan Rida sebelum hasilnya meninggalkannya demikian saja sesudah mereka puas.
0 Komentar