Maniak seks  -  Suatu hari saat aku ke warung membeli rokok, aku berpapasan dengan penjual jamu. Yang membuatku kaget saat melihatnya yaitu wajahnya yang manis dengan body yang bahenol. “Ga salah ni orang semanis dan seseksi ini jualan jamu” tanyaku dalam hati. Kucoba untuk berbicara dengannya.

“Mbak jamu” tegurku.
“Iya mas, mau minum jamu mas?” tanyanya sambil menoleh.
“Iya, tapi minumnya ga disini di rumahku aja yuk” ajakku dan dia pun mengikutiku dari belakang. Sesampainya di rumah mbak jamu melihat sekeliling rumahku dan berkata,
“Waaahh rumahnya nyaman ya mas” ujarnya.
“Jamu yang bagus tuh jamu apa mbak?” tanyaku.
“Lha mas maunya untuk apa, apa untuk pegel linu, masuk angin atau jamu kuat” jelasnya.
“Maksudnya kuat apaan mbak?” tanyaku penasaran.
“Ya kuat segalanya mas” katanya sambil melirik nakal kearahku. “Genit juga nih penjual jamu” batinku.
“Ya udah kalo gitu aku minta jamu kuat aja deh mbak, biar kuat melek bikin skripsi” ucapku.
Waktu itu aku belum mempunyai keberanian untuk menggodanya kearah hal yang berbau porno. Dan sejak saat itu mbak jamu jadi sering menghampiriku.

“Mas kemarin kemana, aku mampir sini rumahnya sepi. Kuketok pintunya berkali-kali ga ada yang buka” tanyanya.
“Aku kemarin seharian di kampus dari pagi sampai sore ada kuliah” jawabku.
“Ini mas tak bikinin jamu kunyit asem bagus buat anak muda biar kulitnya cerah dan jauh dari penyakit” ujarnya.
“Oya mbak suamimu dimana?” tanyaku iseng.
“Aku udah ga punya suami mas, kalo punya suami ngapain ribet jualan jamu segala” jawabnya.
“Kalo anak mbak?” tanyaku lagi.
“Belum punya mas, lha wong dulu suamiku umurnya jauh lebih tua dari saya, mungkin bibitnya udah habis kalik ya” jawabnya lagi.

Dari obrolan-obrolan kita lama kelamaan aku dan mbak jamu jadi akrab. hampir setiap hari membeli jamunya. Kadang pas aku ga punya uang buat beli, dia dengan senang hati tetap membuatkan saya jamu. Dia juga sudah tak canggung lagi untuk masuk ke rumahku. Bahkan dia sering numpang ke kamar mandi.

Baca Juga: Dengan Cewek Dua Kembar

Mbak Desi begitulah namanya yang baru kuketahuai setelah beberapa kali mampir ke rumahku untuk menjajakan jamunya.

Kini usianya memasuki 28tahun. Dia berawal dari Solo. Mbak Desi sudah mengganggap rumahku sebagai rumahnya yang kedua. Dia selalu protes keras kalo aku tak berada di rumah. Semula dia mengunjungiku sekitar pukul 2 siang tapi kini dia datang sekitar pukul 5 sore. Dia mampir ke rumah kalo dagangan jamunya sudah hampir habis, paling-paling tinggal sisa 1 gelas yang dia sisakan khusus buatku. Rumahku dijadikannya terminal terakhir.

Kini mbak Desi makin berani. Dia tak lagi menggunakan kamar mandi untuk buang hajat saja, tapi kini dia malah sering mandi juga. Sampai sejauh ini aku masih menganggapnya sebagai kakakku saja, begitu sebaliknya. Namun kalo menurut pikiran nakalku sebenarnya aku pengin sekali menikmati tubuh mbak Desi. Tapi aku belum berani untuk memulainya. Aku hanya berani mengintip saat dia lagi mandi dari celah dinding yang sedikit bolong dan itu membuat batang kontolku jadi mengeras. Aku masih terus saja mencari akal untuk memulainya hingga pada sore itu.

“Mas, kalo aku nginep sini boleh ga?…aku mau pulang sudah kesorean lagian rumahku agak jauh dari sini..aku besuk kayaknya ga jualan badanku rasanya capel sekali…” katanya beralasan tanpa saya tanya.
“Tapi mbak tempat tidur saya cuma 1 aja” kataku.
“Tiker punyakan mas, nanti biar aku tidur di tiker aja, mas yang tidur di kasur”
“Beneran nih?” kataku dengan perasaan gembira. Karena kupikir inilah kesempatan untuk menyergapnya.
“Iya mas beneran gapapa kog” katanya.

Tanpa ada rasa canggung dia pun masuk kamar mandi dan mandi sepuasnya. Aku pun tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk kembali mengintipnya. Terlihat badannya mulus bahenol walaupun kulitnya tidak putih, tetapi bentuk tubuhnya sangat sempurna sangat bahenol sebagai seorang wanita. Sayang dia miskin, kalau kaya mungkin bisa jadi bintang film, pikir ku.

Ukuran toketnya lumayan besar, mungkin ukuran 36, pentilnya agak kecil dan bulu jembutnya tebal sekali. Mungkin ada hubungannya dengan kumis tipis yang ada di atas bibirnya itu. Selesai mandi, kini giliranku masuk kamar mandi dan membersihkan diri. Aku nggak tahan, sehingga kesempatan mandi juga kugunakan untuk coli.

“Mas mandinya kog lama banget sih, ngapain aja?” tanyanya mengagetkanku.
“Ni mbak aku sekalian keramas biar badan seger” jawabku.
“Mas udah aku bikinkan kopi panas cepatan keluar keburu kopinya dingin” katanya.
“Iya” jawabku singkat.

Malam itu kami berdua ngobrol banyak hal, aku berusaha mengorek informasi sebanyak mungkin mengenai dirinya.

“Oya mas, kamu suka dipijet ga?” katanya tiba-tiba.
“Jelas suka donk” jawbaku.
“Yaudah kalo gitu sini biar aku pijetin” ucapnya.

Tanpa menunggu terlalu lama aku segera menuju ke kamar dikuti mbak Desi. Sesamp;inya di kamar aku langsung melepas baju yang kukenakan, yang tersisa hanya tinggal CDku saja. Biar menambah ketenangan kumatika lampu kamarku sehingga suasana kamar jadi agak remang-remang. Nggak nyangka sama sekali, ternyata mbak Desi pinter sekali memijat. Dia menggunakan cairan body lotion yang dibawanya untuk melancarkan mengurut. Aku benar-benar pasrah. Meski batang kontolku sudah ngaceng berat, tapi aku nggak berani kurang ajar. Cilakanya mbak Desi ini tidak canggung sedikit pun merambah seluruh tubuhku sampai mendekati batang kontolku. Beberapa kali malah ke senggol sedikit, membuat jadi tambah tegang aja.

“Mas celananya dibuka aja biar ga kena cream” katanya.
“Terserah mbak Desi aja deh” kataku pasrah. Dengan cekatan dia memelorotkan CDku. Sehingga aku kini jadi telanjang bulat.
“Mbak Desi ga risih liat saya telanjang?” tanyaku.
“Ga mas biasa aja, soalnya dulu aku sering memijat suamiku…dia juga yang ngajari aku pijet” jawabnya.

Nafsuku seakam-alam tak bisa kubendung lagi, apalagi saat jemari tangannya menyenggol batang kontolku. Dia lama sekali memijat bagian dalam pahaku, tempat yang paling sensitive dan paling merangsang. Diotakku masih saja berpikir gimana caranya untuk memulainya dulu. Setelah sekitar satu jam aku tidur telungkup dan berpikir, mbak Desi menyuruhku untuk terlentang. Tanpa ragu, tanpa rasa malu dan tanpa basa-basi aku segera membalikkan badanku. Otomatis batang kontolku yang sedari tegang jadi terlihat jelas berdiri dengan gagahnya.

Apesnya meskipun mbak Desi melihat batang kontolku yang sudah tegang dia tetap cuek saja. Dia tetap tenang memijit dan tak sedikitpun berkomentar mengenai kontolku. Kaki kiri, kaki kanan, paha kiri, paha kanan, kepala tangan kiri, tangan kanan, lalu perut. Bukan sampai perut saja tetapi kontolku pun tak luput dari pijatnya juga. Aku melenguh.


Anak Kawan Ku Bernama Rina


“Aduh mbak”
“Kenapa mas?” katanya agak manja.
“Aku ga tahan mbak, udah ngaceng berat nih” kataku.
“Oh, gapapa mas, itu tandanya mas masih normal” jawabnya santai.
“kalo gitu mas tengkurep lagi aja, istirahat sebentar, aku mau ke kamar mandi dulu” katanya.

Lama sekali dia di kamar mandi, sampai akhirnya aku tertidur dalam keadaan telungkup dan telanjang. Tiba-tiba aku merasa ada yang menindihku dan kembali kurasakan pijatan di bahu. Dalam keadaan setengah sadar kurasakan ada sesuatu yang agak berbeda. Kenapa punggungku yang didudukinya terasa agak geli. Kucermati lama-lama aku sadar yang mengkibatkan rasa geli itu adalah bulu-bulu apa mungkin mbak Desi sekarang dalam keadaan telanjang memijatiku. Karena masih penasaraan kutolehkan kepalaku ke belakang dan ternyata benar dugaanku. Tetapi aku diam saja tidak berkomentar. Kunikmati usapan bulu jembut yang lebat itu di punggungku. Kini aku sadar penuh, dan kontolku yang dari tadi bangun meski aku sempat tertidur makin tegang. Wah kejadian deh sekarang, pikirku dalam hati.

“Balik badan lagi mas” pintanya setelah dia turun dari punggungku.

Aku lantas membalikkan badanku dan ruangan jadi gelap sekali. Ternyata semua lampu dimatikannya. Aku tidak bisa melihat mbak Desi ada dimana. Tiba-tiba dia kembali memijat kakiku lalu duduk di atas kedua pahaku. Dia terus naik memijat bagian dadaku dan seiring dengan itu, jembutnya berkali-kali menyapu kontolku. Kadang dia menindih kontolku dan dia melakukan gerakan maju mundur. Beberapa saat kemudian aku merasa mbak Desi mengambil posisi jongkok dan tangannya memegang batang kontolku. Pelan-pelan dituntunnya kepala kontolku memasuki lubang memeknya.

Aku pasrah saja dan sangat menikmati dominasi perempuan. Lubang memeknya terasa angat sekali dan pelan-pelan seluruh batang kontolku masuk ke dalam lubang memeknya. Mbak Desi lalu merebahkan dirinya memeluk diriku dan pantatnya naik turun, menggenjot kontolku dengan ganasnya. Dan saking ganasnya kontolkun kadang sampai lepas keluar dari dalam memeknya. Lalu dituntunnya lagi masuk ke lubang yang diinginkan. Karena aku tadi sudah coli dan posisiku di bawah, aku bisa menahan agar mani ku tidak cepat muncrat. Gerakan mbak Wati makin liar dan nafasnya semakin memburu.

Tak lama kemudian mbak Desi menjerit tertahan dan menekan sekuat-kuatnya memeknya ke kontolku. Dia berhenti bergerak dan kurasakan lubang memeknya berdenyut-denyut. Mbak Desi telah mencapai orgasmenya yang pertama. Dia beristirahat dengan merebahkan seluruh tubuhnya ke tubuhku. Jantungnya terasa berdetak cepat. Aku kemudian mengambil alih dan membalikkan posisi tanpa melepas kontolku dari lubang memeknya. Kuatur posisi dan mencari posisi yang paling enak dirasakan oleh memek mbak Desi. Aku pernah membaca soal G-spot. Titik itulah yang kucari dengan memperhatikan reaksi mbak Desi.

Akhirnya kutemukan titik itu dan kuserangan terus. Kukonsentrasikan pada titik itu sambil memaju dan memundurkan kontolku. Mbak Desi mulai melenguh-lenguh dan tak berapa lama dia berteriak, dia mencapai klimaks tertinggi sementara itu aku juga sampai pada titik tertinggi ku. Kubenamkan batang kontolku sedalam mungkin dan bertahan pada posisi itu sekitar 5 menit. Kontolku berdenyut-denyut dan memek mbak Desi juga berdenyut lama sekali.

“Makasih ya mas, saya belum pernah main seenak ini” katanya.
“Sma-sama mbak” jawabku.
“Aku lemas dan ngantu sekali mas” katanya.
“Ya udah kamu tidur aja dulu” ucapku.

Aku lalu bangkit dari tempat tidur dan masuk kamar mandi membersihkan kontolku dari air mani yang belepotan. Kemudian aku pun tidur. Paginya sekitar pukul 5 aku bangun dan ternyata mbak Desi tidur di sampingku. Kuraba memeknya, lalu kucium, tanganku bau sabun. Berarti dia tadi sempat bangun dan membersihkan diri lalu tidur lagi.
Kuhidupkan lampu depan sehingga kamar menjadi agak remang-remang. Kubuka kedua kakinya. Aku tiarap di antara kedua pahanya dan kusibakkan jembut yang lebat itu untuk memberi ruang agar mulutku bisa mencapai memeknya.

Lidahku mencari posisi klitoris mbak Desi. Perlahan-lahan kutemukan itil itu. Kujilati itilnnya dan lama-lama mulai mengeras dan makin menonjol.

“Mas ngapain sih, jijik mas udah mas” katanya sambil mendorong kepalaku, tapi kutahu tenaganya tidak sunguh-sungguh karena dia juga mulai mengelinjang. Tangannya kini tidak lagi mendorong kepalaku, mulutnya berdesis-desis dan diselingin teriakan kecil manakala sesekali kugigit itilnya. Pinggul mbak Desi yang bahenol mengeliat seirama dengan gerakan lidahku. Tangannya kini bukan berusaha menjauhkan kepalaku dari memeknya tetapi malah menekan, sampai aku sulit bernafas.

Selang beberapa menit tiba-tiba dia menjepitkan kedua pahanya ke kepalaku dan menekan sekeras-kerasnya tangannya ke kepalaku untuk semakin membenam. Memeknya berdenyut-denyut. Dia mencapai klimaks. Beberapa saat kupertahankan lidah ku menekan itilnya tanpa menggerak-gerakkannya.

Setelah gerakannya berhenti aku duduk di antara kedua pahanya dan kumasukkan jari tengah ke dalam memeknya kucari posisi G-spot, dan setelah teraba kuelus pelan. Dengan irama yang tetap. Mbak Desi kembali menggerakkan pinggulnya yang bahenol dan tidak lama kemudian dia menjerit dan menahan gerakan tanganku di dalam memeknya. Lubang memeknya berdenyut lama sekali.


Kemping Bersama Anak ABG


“Iiiihhh mas ternyata pinter sekali ya…mas nakal…” ucapnya manja.
“Mas tadi kog ga jijik sih jilati memekku. Aku belum pernah lho digituin. Rasanya enak juga ya” katanya.

Mbak Desi bercerita ketika berhubungan dengan suaminya yang sudah tua dulu hanya hubungan yang biasa saja dan itu pun mbak Desi jarang sampai puas. Dia mengaku belum pernah berhubungan badan dengan orang lain kecuali suaminya dan diriku.

“Pantesan memeknya enak sekali…masih sempit” kataku.
“Ma lupa ya kalo aku penjual jamu…ya jadiya memekku terawat dong…hahaha…” jawabnya sambil tertawa kecil.
“Sekarang gantian ya mbak, kontolku kamu kulum” kataku.
“Tapi mas, aku ga bisa” ucapnya.
“Udah tenang aja nanti aku ajarin” kataku.

Kusuruh mbak Desi mengambil posisi jongkok diantara kedua pahaku dan kusuruh dia mengulum kontolku. Pelan-pelan dia mulai memasukkan ujung kontolku ke mulutnya. Dia berkali-kali merasa mau muntah, tetapi terus berusaha mengulum kontolku. Setelah terbiasa akhirnya dikulumnya seluruh batang kontolku sampai hampir mencapai pangkalnya. Aku merasa kepala kontolku menyentuh ujung tenggorokkannya.

Dia memaju-mundurkan batang kontolku di dalam kulumannya . Kuinstruksikan untuk juga melakukannya sambil menghisap kuat-kuat, dia menuruti semua perintahku. Bagian zakarnya juga dijilatnya seperti yang kuminta. Dia tidak lagi mau muntah tetapi mahir sekali. Setelah berlangsung sekitar 15 menit kini aku perintahkan dia tidur telentang dan aku segera menindihnya. Kuarahkan batang kontolku ke lubang memeknya. “Bleeessss…”

“Kontolmu enak sekali mas…memekku rasanya penuh sekali” ucapnya.

Kugenjot terus sambil konsentrasi mencari titik G. Tidak sampai 5 menit mbak Desi langsung berteriak keras sekali. Dia mencapai orgasme tertinggi. Sementara aku masih agak jauh. Setelah memberi kesempatan jeda sejenak, mbak Desi kusuruh nungging dan kami melakukan dengan Dogy Style. Rupanya pada posisi ini titik G mbak Desi tergerus hebat sehingga kurang dari 3 menit dia berteriak lagi dan aku pun mencapai titik tertinggi sehingga mengabaikan teriakannya dan kugenjot terus sampai seluruh air maniku habis di dalam memek mbak Desi.

Kemudian kami berdua tidur lemas. Sekitar jam 8 pagi kami terbangun dan bersepakat mandi bareng. Tubuh mbak Desi memang benar-benar sempurna sangat bahenol, toketnya besar menantang, pinggulnya besar dan pinggangnya ramping sungguh bahenol. Setelah malam itu mbak Desi jadi sering menginap di kamarku. Sampai satu hari dia datang dengan muka sedih.

“Mas, aku disuruh pulang kampung mau dikawinkan sama pak Lurah” katanya dengan muka mewek.
“Aku berat sekali mas pisah sama mas, tapi aku ga bisa nolak keinginan orang tuaku” katanya lagi.

Malam itu sebelum mbak Desi pulang kampung dia nginap kembali di kamarku dan kami ngentot habis-habisan. Seingat saya malam itu kami sampai main 7 ronde. Sehingga badan ku lemas sekali.